Asuhan keperawatan Geriatrik (Ari.Rahmawati)
Jumat, 17 Desember 2010
Senin, 06 Desember 2010
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFEKSI PADA USIA LANJUT (ARI RAHMAWATI)
1. Pendahuluan
Lansia atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan poses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubu tidak proposional.
Dengan meningkatnya umur harapan hidup, jumlah kelompok usia lanjut akan makin banyak, yang menyebabkan tingginya penyakit degenerative, kardiovaskuler, kanker dan penyakit non infeksi lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit infeksi juga makin banyak. Hal ini antara lain juga disebabkan karena pada usia lanjut pertahanan terhadap infeksi terganggu atau dapat dikatakan menurun (Hadi Martono, 1996).
Infeksi merupakan penyebab kematian yang paling penting pada umat manusia, sampai saat digunakannya antibiotika dan pencegahan dengan imunisasi aktif maupun pasif di era mayarakat modern. Penyakit infeksi mempunyai kontribusi cukup besar terhadap angka kematian penderita sampai akhir abad 20 pada populai umum, kemudian menurun setelah ditemukan antibiotika dan teknik pencegahan penyakit. Walaupun demikian revalensi infeksi sebagai penyebab morbiditas dan motalitas tetap tinggi pada populasi lanjut usia (Yoshikawa, 1985, 1986). Suatu laporan penelitian yang membandingkan kasus – kasus kematian karena infeksi tertentu antara tahun 1935 dan 1968 di Amerika Serikat menggambarkan pengaruh infeksi terhadap kelangsungan hidup umat manusia, misalnya pertusis, morbili difteri, demam kuning, tetanus, polio mielitis akut, tuberculosis dan sifilis sebagai penyebab kematian bermakna pada tahun 1935. Walaupun penyakit infeksi tersebut sudah dapat dikendalikan pada populasi umum, pada usia lanjut masih menjadi masalah, Karena berkaitan dengan menurunnya fungsi organ akibat proses menua (Smith IM, 1989). Bahkan di Amerika sendiri dimana kemajuan ilmu kedokteran tidak disangsikan lagi, angka kematian akibat beberapa penyakitinfeksi pada lansia masih jauh lebih tinggi disbanding dengan yang didapat pada usia muda, dengan data-data sebagai berikut (Yoshikawa, 1995):
· Angka kematian pneumonia pada lansia sekitar 3 kali disbanding usia muda
· Angka kematian akibat sepsis 3 kali disbanding pada dewasa muda
· Angka kematian akibat ISK lansia sekitar 5-10 %
· Kolesistisis angka kematian antara 2-8 kali
· Endokarditis infeksiosa kematian 2-3 kali, meningitis bakterialis sekitar 3 kali.
2. Predisposisi Penyakit Infeksi pada Usia Lanjut
Infeksi berarti keberadaaan mikro-organisme di dalam jaringan tubuh “host”, dan mengalami replikasi. Infeksi merupakan interaksi antara kuman (agent), host (pejamu, dalam hal ini adalah lansi tersebut) dan lingkungan. Pada usia lanjut terdapat beberapa factor predisposisi/factor resiko yang menyebabkan seorang usia lanjut mudah terkena infeksi, antara lain adalah:
· Faktor penderita lansia
ü Keadaan nutrisi
ü Keadaan imunisasi tubuh
ü Penurunan fisiologik berbagai organ
ü Berbagai proses patologik (ko-morbid) yang terdapat pada penderita tersebut
· Faktor kuman
ü Jumlah kuman yang masuk dan bereplikasi
ü Virulensi dari kuman
· Factor lingkungan : apakah infeksi di dapat masyarakat, rumah sakit atau di panti rawat werdha (nursing home)
3. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penderita
Faktor nutrisi :
Keadaan nutrisi, yang pada usia lanjut sering kali tidak baik dapat mempengaruhi awitan, perjalanan dan akibat akhir (outcome) dari infeksi. Secara klinik keadaan ini dapat dilihat dari keadaan hidrasi, kadar hemoglobin, albumin, beberapa mikro nutrient yang penting, misalnya kadar Cu maupun Zn. Juga beberapa vitamin yang penting pada proses pertahanan tubuh.
Faktor imunitas tubuh :
Beberapa faktor imunitas tubuh, antara lain imunitas alamiah (inate immunity), misalnya kulit, silia, lender mukosa dll sudah berkembang kualitas dan kuantitasnya, demikian pula dengan factor imunitas humoral (berbagai immunoglobulin, sitokin) dan seluler (netrofil, makrofag, limfosit T).
Fakyor perubahan fisiologik :
Beberapa organ pada usia lanjut sudah menurun secara fisiologik, sehinggga juga sangat mempengaruhiawitan, perjalanan dan akhir infeksi. Penurunan fungsi paru, ginjal, hati dan pembuuh darah akan sangat mempengaruiberbagai proses infeksi dan pengobatannya. Fungsi orofaring pada usia lanjut sudah menurun sedemikian sehingga sering kali terjadi gerakan kontra peristaltic (terutama saat tidur), yang menyebabkan terjadinya aspirasi spontan dari flora kuman di daerah tersebut kedalam saluran nafas bawah dan menyebabkan terjadinyaaspirasi pneumonia (Yoshikawa, 1996).
Berbagai obat-obatan yang aman diberiakan pada usia muda harus secara hati-hati diberikan pda usia lanjut, karena dapat lebih memperburuk berbagai fungsi organ, antara lain hati dan ginjal.
Faktor terdapatnya berbagai proses patologik :
Salah satu karakteristik pada usia lanjut adalah adanya multi-patologi. Berbagai penyakit antara lain diabetes mellitus, PPOM, keganasan atau abnormalitas pembuluh darah akan sangat mempermudah terjadinya infeksi, mempersulit proses pengobatannya dan menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk.
Faktor lingkungan
Penderita lansia yan berada di lingkungan rumah sakit tentu saja berbeda dengan yang berada di lingkungan rumah sakit tentu saja berbeda dengan yang berada dimasyarakat atau dip anti rawat werdha, antara lain dilihat da aspek social-ekonomi, nutrisi, kebugaran dan penyakit penyertanya. Demikian pula jenis dan virulensi kuman yang berada diketiga tempat tersebut akan berbeda. Dengan demikian jenis dan berat infeksi yang terjadi diketiga tempat tersebut akan berbeda satu satu sama lain, dengan akibat keadaan akhir/akibat infeksi yang berbeda pula.
Faktor kuman
Infeksi = jumlah kuman x virulensi
Mekanisme daya tahan tubuh
Jumlah dan virulensi kuman yang terjadi penyebab infeksi pada usia lanjut seringkali berbeda dengan yang terjadi pada usia muda. Hal ini disebabkan terutama karena sudah terdapat berbagai penurunan fisiologik akibat proses menua, misalnya kulit dan mukosa yang lebih sering menjadi “port de entre” kuman. Akibat kelemahan otot saluran nafas bagian atas menyebabkan sering terjadi pneumonia spontan dengan kuman komensal sebagai penyebabnya. Keadaan ini akan berpengaruh pada awitan, berat dan akhir dari infeksi pada penderita lanjut usia.
4. Salah satu contoh penyakit infeksi yang sering diderita lansia yaitu Infeksi saluran kemih bawah.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyebab sepsis akibat bakteri yang paling banyak pada lansia. Infeksi ini hamper 10 kali lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria-menyerang 10% sampai 20% wanita minimal satu kali.
Dua bentuk ISK bawah adalah sistisis (infeksi kandung kemih) dan uretritis (infeksi uretra). Pada pria dewasa, ISK bawah biasanya dihubungkan dengan kelainan anatomi atau fisiologis sehingga perlu evaluasi yang lebih cermat. Kebanyakan ISK berespon dengan cepat terhadap terapi, tetapi kekambuhan dan gejolak resistensi bakteri selama terapi mungkin saja terjadi.
5. Penyebab
Biasanya bakteri enteric, terutama eschericiacoli pada wanita. Gejala bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit , 30-40 % disebabkan proteus,stafilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan saluran kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.
6. Tanda dan gejala
· Mual, muntah, dan kehilangan selera makan
· Kram atau spasme kandung kemih
· Gatal, merasa hangat selama berkemih
· Nyeri punggung bawah
· Menggigil
· Nyeri pinggang
· Urine berbau busuk
· Demam derajat rendah (mungkin tidak terjadi pada pasien lansia)
· Pasien pria dengan rabas uretra
7. Pemeriksaan Diagnostik
Ø Urinalisis mikroskopik yang menunjukkan hitung sel darah merah dan sel darah putih lebih dari 10 per lapang kekuatan tinggi menunjukkan ISK bawah.
Ø Clean – cath urinalysis yang menunjukkan hitung bakteri lebih dari 100.000/ml memastikan terjadinya ISK. Hitung bakteri yang rendah tidak segera menyingkirkan terjadinya infeksi, khususnya jika pasien sering berkemih, karena bakteri memerlukan waktu 30 – 45 menit untuk bereproduksi dalam urin.
Ø Pengujian sensitivitas digunakan untuk menentukan obat antimikroba yang tepat.
Ø Voiding cystourethrography atau urografi ekskretorik dapat menunjukkan anomaly congenital yang menyebabkan ISK berulang pada pasien.
8. Diagnosis Banding
Infeksi atau iritasi pada periuretra atau vagina.
9. Komplikasi
Pielonefritis akut, septicemia, dan kerusakan ginjal
10. Penanganan
Antimikroba yang tepat merupakan terapi pilihan untuk kebanyakan ISK bawah awal. Terapi selama 7 – 10 hari adalah terapi standar. Meskipun banyak penelitian menunjukkan bahwa dosis tunggal atau regimen selama 3 – 5 hari cukup untuk membuat steril urine, pasien lansia mungkin masih membutuhkan antibiotic selama 7 – 10 hari agar mendapatkan manfaat penuh dari terapi.
Biakan berulang dilakukan untuk menyingkirkan resistensi. Jika biakan menunnjukkan bahwa urine tidak steril setelah 3 hari terapi antibiotic, resistensi bakteri kemungkinan telah terjadi sehingga perlu antimikroba yang berbada.
Dosis tunggal amoksisilin atau kotrimoksazol kemungkinan efektif bagi wanita yang menderita ISK bawah tanpa komplikasi. Biakan urin yang diambil 1 – 2 minggu kemudian menunjukkan apakah infeksi telah hilang. Kekambuhan infeksi akibat batu ginjal yang terinfeksi, prostatitis kronis, atau kelainan structural mungkin perlu pembedahan. Prostatitis juga perlu terapi antibiotic jangka panjang. Pada lansia yang tanpa kondisi – kondisi predisposisis ini, terapi antibiotic dosis rendah dan jangka panjang merupakan terapi pilihan.
Karena efek merugikan pada GI dan ginjal dikaitkan dengan terapi antimikroba, ISK asimtomatik sering dibiarkan tidak diobati.
11. Diagnosis keperawatan utama dan kriteria hasil
Ø Gangguan eliminasi urin yang berhubungan deng an inflasi pada saluran kemih bawah.
Kriteria hasil tindakan : pasien akan mencapai dan mempertahankan eliminasi urin yang normal
Ø Resiko infeksi yang berhubungan dengan insiden kekambuhan ISK yang tinggi
Kriteria hasil tindakan : pasien akan tetap bebas dari ISK berulang seperti yang ditunjukkan dengan urinalisis normal dan tidak adanya tanda dan gejala ISK.
Ø Nyeri akut yang berhubungan dengan spasme dan kram kandung kemih
Kriteria hasil tindakan : pasien akan bebas dari nyeri ketika ISK hilang
12. Intervensi Keperawatan
Ø Perhatikan apakah ada gangguan GI akibat terapi anti mikroba. Jika diprogamkan, berikan makrokristal nitrofurantoin bersama susu atau makanan untuk mencegah distress GI.
Ø Jika rendam duduk tidak dapat meredakan ketidaknyamanan perineum, berikan kompres hangat sedang ke perineum, tetapi hati – hati agar tidak membakar pasien.
Ø Oleskan anti septic topical pada meatus urinarius jika perlu
Ø Tamping semua specimen urin untuk biakan dan pengujian sensitivitas secara berhati – hati dan cepat.
13. Penyuluhan pasien
Ø Jelaskan sifat dan tujuan terapi antimikroba. Tekankan pentingnya menyelesaikan terapi yang diprogamkan dan mematuhi dosis yang diprogamkan dengan ketat.
Ø Biasakan pasien dengan obat yang diresepkan dan kemungkinan efek merugikan dari obat tersebut. Anjurkan meminum makrokristal nitrofurantoin bersama susu atau makanan untuk mencegah distress GI. Peringatkan pasien bahwa fenazopiridin membuat urin berwarna merah jingga dan mewarnai pakaian.
Ø Jelaskan bahwa specimen urin pancar tengah yang tidak terkontaminasi penting untuk diagnosis yang akurat. Sebelum menampung, ajarkan lansia wanita membersihkan perineum.
Ø Anjurkan rendam duduk hangat untuk meredakan ketidaknyamanan perineum
Ø Anjurkan pasien memakai pakaian dalam dari katun dan menghindari bedak berparfum atau minyak mandi.
Ø Jelaskan pasien mengenai praktik yang dapat membantu mencegah ISK bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan KeperawatanGeriatrik. Edisi 2. Jakarta. EGC
Noorkasiani S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Maryam Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Penerbit : Salemba Medika.
Nugroho Wahjudi, 2003. Keperawatan Gerontik dan Gerontrik Edisi 3. Jakarta : EGC
Pudjiastuti Sri Surini, dkk. 2003. Fisioterapi pada lansia. Jakarta. Penerbit Buku: EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)